Sekapur Sirih

Selamat datang di Cerita Kehidupan...
Terima kasih telah mengunjungi saya di sini...
Blog ini berisi catatan-catatankecil saya, tulisan-tulisan saya selama ini, baik berupa tulisan fiksi, nonfiksi, atau pun hanya catatan ringan..
Sebelum membuka blog ini lebih jauh, Anda diharapkan:
1. Jangan meng-copypaste tulisan di blog ini tanpa menyertakan link alamat blog ini http://ceritahidupdaning.blogspot.com seperti saya juga akan menyertakan link blog yang saya copypaste jika saya meng-copypaste tulisan orang lain
2. Menghargai tulisan-tulisan di blog ini adalah hasil karya seseorang yang dibuat sepenuh hati
3. Berilah komentar dengan hati nurani dan jujur agar saya bisa lebih baik dalam menulis di blog ini
Demikian, terima kasih telah meluangkan waktu membaca catatan kecil saya....

Jumat, 14 Oktober 2011

KESANTUNAN BERBAHASA DIALOG CERPEN RINDU PADANG RINDU ILALANG KARYA M. FUDOLI ZAINI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu wacana sastra yang cukup diminati masyarakat Indonesia. Dalam cerpen terdapat dialog-dialog yang memperlihatkan interaksi tindak tutur pelaku-pelakunya. Dialog-dialog yang ada dalam sebuah cerpen diimajinasikan sebagai suatu dialog yang ada di dunia nyata. Pengarang akan membuat pembaca merasa bahwa cerita yang dia buat adalah sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Konteks cerita yang ada memang diilhami dari kehidupan sehari-hari yang terdapat di dunia nyata.
Cerpen juga merupakan suatu bentuk bahan ajar kehidupan bagi pembacanya. Tema, amanat, dan unsur instrinsik lainnya yang terdapat dalam cerpen menawarkan satu kesatuan yang menghibur pembaca. Selain itu, cerpen juga memberikan contoh-contoh, baik contoh baik maupun buruk. Pembaca dapat terpengaruh oleh cerita atau dialog-dialog dalam cerpen. Oleh karena itu, tak dapat dielakkan bahwa cerpen yang baik harus dapat menyampaikan amanat dengan baik, tidak sekadar memberikan hiburan.
Dialog dalam sebuah cerpen merupakan wacana percakapan dalam bentuk tertulis yang terdapat dalam wacana bukan percakapan. Dalam sebuah wacana percakapan, interaksi verbal yang diproduksi secara spontan atau tidak direncanakan. Namun, ada hal yang lain yang mengikat suatu wacana percakapan, yaitu konteks. Kejadian-kejadian yang terjadi di luar wacana percakapan ikut serta membangun makna dalam wacana percakapan tersebut. Dalam hal ini, dialog dalam sebuah cerpen juga dipengaruhi oleh konteks situasi yang tersusun dalam wacan bukan percakapannya.
Berkaitan dengan hal di atas, tuturan yang terdapat dalam cerpen juga harus memperhatikan prinsip-prinsip tindak tutur. Prinsip-prinsip tersebut berupa prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Prinsip-prinsip itu harus diikutsertakan atau diimplementasikan dalam pembentukan dialog meskipun ada kebebasan pengarang untuk menentukan kalimat-kalimat dalam sebuah karya sastra.
Namun, pada kenyataannya, sebuah karya sastra atau cerpen mempunyai dialog-dialog yang terkadang banyak melakukan pelanggaran prinsip-prinsip percakapan, terutama prinsip kesantunan. Kalimat dalam dialog seringkali tidak memperhatikan pemeliharaan hubungan sosial antartokoh dalam cerpen. Hal-hal yang bersifat sosial, estetis, dan  moral kadangkala terabaikan.

MODEL PEMBELAJARAN SASTRA

Model Pembelajaran Apresiasi Sastra (Akhmadi, 1990)
A.    Apresiasi Puisi
  1. Model Gordon
Model Gordon merupakan model yang membawa siswa pada pemecahan masalah secara kreatif. Model ini dikembangkan oleh William J.J. Gordon dengan memperhatikan tiga teknik, yaitu: analogi personal, analogi langsung, dan analogi kempaan.
Gambar alir model Gordon :
Contoh penerapan model Gordon:
No.
Tujuan Pelibatan Siswa
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Strategi yang Digunakan
Proses Pengukuran

1.


Penghayatan isi puisi
Membaca puisi
Menilik siswa secara individual
Observasi
Mengisi daftar cek observasi
 2.
Pemaham-ceramah guru
Menyimak ceramah guru
Guru memberikan informasi yang singkat dan jelas
ceramah
s.d.a
3.
Pemilikan pengertian kritis
Mengajukan pertanyaan untuk penjelasan
Meneruskan pertanyaan siswa ke siswa lain
Tanya jawab
s.d.a.
4.
Pertukaran pikiran
Mengajukan pendapat
Mengatur  lalu lintas diskusi
Diskusi
Mengisi lembaran observasi siswa
5.
Peragaan langsung
Menempatkan diri sebagai penyair
Memberikan bimbingan
simulasi
s.d.a.
6.
Penyimpulan pendapat
Mengajukan simpulan
Memberikan pengukuhan
Sumbang saran
s.d.a.

Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Wacana di Harian Solo Pos

Judul wacana  : Temperante tak akan berhenti berproses
Sumber            : Harian Solo Pos edisi tanggal 7 Januari 2007

Analisis kesalahan berbahasa :
1.      Penulisan judul
Ø  Tidak semua huruf pertama kata dalam judul menggunakan huruf kapital, hanya huruf pertama kata pertama saja yang menggunakan huruf kapital. Seharusnya huruf pertama semua kata adalah huruf kapital. Jadi, judul seharusnya ditulis seperti di bawah ini:
Temperante Tak Akan Berhenti Berproses
Ø  Judul agak membingungkan. Jika tidak mengenal kelompok musik Temperante, pembaca akan bertanya-tanya Temperante itu apa atau siapa.
2.      Kesalahan pada parargraf pertama.
Ø  Pemakaian kata yang agak janggal pada kalimat kedua, yaitu ‘Hal ini juga pernah dialami oleh kelompok musik Temperante yang kini, sepertinya, telah menemukan format yang paling pas’. Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut:
Hal ini juga pernah dialami oleh kelompok musik Temperante yang sepertinya kini telah menemukan format yang paling pas.
Ø  Kata ‘kini’ yang berlebihan pada kalimat ketiga sebaiknya dihilangkan karena telah dfisebutkan pada kalimat sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pemborosan kata.

Penyesuaian Pemilihan Bahan Ajar Membaca Pemahaman dengan Tingkat Kecerdasan Siswa

Membaca dapat dikatakan sebagai salah satu kegiatan penting dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahkan mungkin melalui kegiatan inilah semua ilmu dapat diserap sempurna oleh sebagian besar orang. Orang membaca sesuatu bertujuan untuk memahami sesuatu yang dibaca tersebut. Oleh karena itu, ada pembelajaran membaca pemahaman di sekolah menengah.
Meninjau dari sudut pemahaman bahasa, Matlin (dalam Rokhim dan Abdullah, 2000:1) mengatakan proses pemahaman berlaku apabila seseorang itu menggunakan seluruh pengetahuannya tentang bunyi, perkataan, peraturan bahasa, dan pengetahuan tentang alam sekelilingnya untuk memberi makna terhadap sesuatu himpunan bunyi bahasa yang didengarinya. Selain itu, pemahaman juga dikatakan berkait rapat dengan pengalaman dan pengetahuan yang sedia ada pada kanak-kanak kerana pengalaman dan pengetahuan itu diharap akan dapat menolong murid-murid memberi gerak balas terhadap buku atau bahan bacaan yang dibaca oleh mereka (Rohani dalam Rokhim dan Abdullah, 2000:2).
Membaca pemahaman, untuk lebih mudahnya, dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk memahami sesuatu dengan cara membacanya. Kepahaman membaca adalah satu proses yang kompleks bagi mendapatkan intisari dari apa yang dibaca (Morsberg dan Shima), dan dilihat sebagai satu operasi mental yang melibatkan satu sistem pengolahan tingkah laku linguistik, psikologi, dan pengamatan.  Wittrock mengatakan kefahaman sebagai satu proses ketika pembaca membina hubungan di antara perkataan dan kalimat yang terdapat dalam petikan, dan di antara petikan dan asas pengetahuan mereka untuk membina struktur yang munasabah bagi petikan tersebut. Heilman, Blair, dan Rupley menekankan bahwa membaca merupakan proses pembentukan makna bahan bertulis dan mengaitkannya dengan pengetahuan dan pengalaman pembaca. Oleh karena itu, jelaslah bahwa pengetahuan sedia ada yang dimiliki oleh pembaca akan memudahkannya memaham bahan yang dibaca (dalam Rokhim dan Abdullah, 2000:3).
Pembelajaran membaca bukan sekadar mengajarkan bagaimana cara membaca, melainkan juga memberikan pemahaman tentang isi bacaan. Pembelajaran membaca pemahaman adalah titik tolak memberikan ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan didapat selain dari orang lain, juga dari membaca. Oleh karena itu, pembelajaran membaca pemahaman merupakan pembelajaran yang harus benar-benar diperhatikan, baik dalam proses pembelajarannya maupun dalam pemilihan bahan ajarnya.

Kamis, 13 Oktober 2011

Catatan Tengah Hari

Pagi ini mentari bersinar begitu cerahnya...
Baru saja kudapatkan berita menarik hari ini, tentang perjalanan hidup mereka, "adik-adikku"...
Masih kuingat, canda saat makan di warung tenda dekat kampus dan berceloteh riang. Aku berada di antara kalian, mencoba menikmati dunia kalian, dunia yang akan "kutinggalkan". Tahukah kalian, ternyata aku tak bisa meninggalkan.. Aku ingin mengulang, menjadi mahasiswa semester entah berapa, berkumpul, berbicara tentang berbagai hal, dan saling tertawa sambil curi-mencuri ide..hemmm...
Adik-adikku,
Ada dua hal yang membuatku bangga pada kalian saat ini.. Maukah kalian tahu??

Senin, 10 Oktober 2011

PENGERTIAN WACANA MENURUT AHLI

1.      Harimurti Kridalaksana
Harimurti Kidalaksana mengungkapkan wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. Namun, dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa amanat lengkap.
2.      Crystal
Menurut Crystal, dalam bidang linguistik, wacana berarti rangkaian sinambung kalimat yang lebih luas daripada kalimat, sedangkan dari sudut psikolinguistik, wacana merupakan suatu proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur orang dalam interaksi kebahasaan.

PERBANDINGAN BAHASA JAWA DI DAERAH TEMANGGUNG, MAGELANG, DAN PURWOREJO

Perbedaan Bahasa di Daerah Temanggung, Magelang, dan Purworejo


A.    Perbedaan Fonologis
            Perbedaan fonologis menyangkut perbedaan fonetik atau perbedaan fonologikal. Ada pun perbedaan fonologis dalam bahasa Jawa di tiga daerah ini adalah sebagai berikut.
No.
Gloss
Temanggung
Magelang
Purworejo
Perbedaan Fon
1.
Isi tulang
suŋsUm
sumsUm
suŋsUm
ŋ dan m
2.
Jari tengah
panuŋgUl
pənuŋgUl
pənuŋgUl
a dan ə
3.
Orang
wכŋ
u wכŋ
wכŋ
u
4.
Ayah
bכpכ
bapa?
bapa?
כ dan a,?
5.
Kakak perempuan
mba? ayu
mba?yu
mba?
A
6.
Kakak laki-laki dari ayah/ibu
suwכ
siwכ
pa?de
u dan i
7.
Sendok
cendhכ?
sendhכ?
sendhכ?
c dan s
8.
Labu
walכh
walUh
walכh
כ dan U
9.
Getah
tlutכh
tlutUh
tlutUh
כ dan U
10.
Pohon
uwit
wit
wit
U
11.
Sayap
suwiwi
səwiwi
suwiwi
u dan ə
12.
Cicak
cəca?
cəcəg
cəca?
a dan ə;   ? dan g
13.
bulan
mbulan
wulan
mbulan
mb dan w
14.
Di (tempat)
naŋ
nIŋ
naŋ
a dan I
15.
Emas
mas
əmas
mas
ə
16.
Embun
əmbUn
əbUn
əmbUn
m
17.
Berbicara
כmכŋ
ŋכmכŋ
ŋכmכŋ
ŋ
18.
Berobat
tətכmbכ
tətכmbכm
tətכmbכ
m
19.
Kencing
ŋuyכh
ŋuyUh
ŋUyUh
כ dan U
20.
Menjemur
mεpεni
mεmεni
mεmεni
p dan m
21.
Selam
ñiləm
ñiləp
ñiləm
m dan p
22.
Dekat
cəpa?
cəda?
cədə?
p dan d
23.
Bara
wכwכ
mכwכ
mכwכ
w dan m
24.
Bengkak
abכh
abUh
abUh
כ dan U


Minggu, 09 Oktober 2011

Detak Tak Mampu Lagi Menjadi Detik

Garis tangan menuju satu arah : kematian!
Desir angin bukan jadi semilir
Gerimis bukan lagi menjadi pengharum tanah

Jingga, kuning, merah bersatu antara batang-batang bambu
Membentuk lingkaran senja dalam bundaran surya
Gending tertabuh
Sunyi merapuh
O…megatruh!

Kain beradu angin
Doa terasa nyanyian lebah pemburu madu
Gong bertalu : masa telah menjadi abu!

Waktu terhenti
Detak tak jadi detik
Tertatih
Tinggal diam menanti
Menjawab tanya dalam dinding gua


Semarang, November 2006
Teringat saat seorang sahabat meninggalkan kefanaan tiga tahun silam

Pada Senja, Kurindu Kau : cakra

Kau mengajariku satu hal:
            Kata adalah kehidupan
dalam senja mengalun suara-suara
nyanyian semesta terangkum dalam sajak

Kau mengabariku satu hal:
            Hidup tumbuh dalam makna
pada senja membaur angan dan cinta
kelembutan semesta menyingkupi hikayat

Ketika senja berganti pekat;
aku terpekur, merindui kembalimu
Ketika mentari mengeyahkan kelam;
aku tersenyum, menyambut datangmu
tanpa sesal
tapi, kau bagian terindah hidupku

Aku datang padamu dengan sebuah cerita:
            hidupku adalah kau dan semesta
bersama senja menggamit cakrawala
merah dan kuning warna kita

Sekaran, 14 April 2006