BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu wacana sastra yang cukup diminati masyarakat Indonesia. Dalam cerpen terdapat dialog-dialog yang memperlihatkan interaksi tindak tutur pelaku-pelakunya. Dialog-dialog yang ada dalam sebuah cerpen diimajinasikan sebagai suatu dialog yang ada di dunia nyata. Pengarang akan membuat pembaca merasa bahwa cerita yang dia buat adalah sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Konteks cerita yang ada memang diilhami dari kehidupan sehari-hari yang terdapat di dunia nyata.
Cerpen juga merupakan suatu bentuk bahan ajar kehidupan bagi pembacanya. Tema, amanat, dan unsur instrinsik lainnya yang terdapat dalam cerpen menawarkan satu kesatuan yang menghibur pembaca. Selain itu, cerpen juga memberikan contoh-contoh, baik contoh baik maupun buruk. Pembaca dapat terpengaruh oleh cerita atau dialog-dialog dalam cerpen. Oleh karena itu, tak dapat dielakkan bahwa cerpen yang baik harus dapat menyampaikan amanat dengan baik, tidak sekadar memberikan hiburan.
Dialog dalam sebuah cerpen merupakan wacana percakapan dalam bentuk tertulis yang terdapat dalam wacana bukan percakapan. Dalam sebuah wacana percakapan, interaksi verbal yang diproduksi secara spontan atau tidak direncanakan. Namun, ada hal yang lain yang mengikat suatu wacana percakapan, yaitu konteks. Kejadian-kejadian yang terjadi di luar wacana percakapan ikut serta membangun makna dalam wacana percakapan tersebut. Dalam hal ini, dialog dalam sebuah cerpen juga dipengaruhi oleh konteks situasi yang tersusun dalam wacan bukan percakapannya.
Berkaitan dengan hal di atas, tuturan yang terdapat dalam cerpen juga harus memperhatikan prinsip-prinsip tindak tutur. Prinsip-prinsip tersebut berupa prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Prinsip-prinsip itu harus diikutsertakan atau diimplementasikan dalam pembentukan dialog meskipun ada kebebasan pengarang untuk menentukan kalimat-kalimat dalam sebuah karya sastra.
Namun, pada kenyataannya, sebuah karya sastra atau cerpen mempunyai dialog-dialog yang terkadang banyak melakukan pelanggaran prinsip-prinsip percakapan, terutama prinsip kesantunan. Kalimat dalam dialog seringkali tidak memperhatikan pemeliharaan hubungan sosial antartokoh dalam cerpen. Hal-hal yang bersifat sosial, estetis, dan moral kadangkala terabaikan.