Sekapur Sirih

Selamat datang di Cerita Kehidupan...
Terima kasih telah mengunjungi saya di sini...
Blog ini berisi catatan-catatankecil saya, tulisan-tulisan saya selama ini, baik berupa tulisan fiksi, nonfiksi, atau pun hanya catatan ringan..
Sebelum membuka blog ini lebih jauh, Anda diharapkan:
1. Jangan meng-copypaste tulisan di blog ini tanpa menyertakan link alamat blog ini http://ceritahidupdaning.blogspot.com seperti saya juga akan menyertakan link blog yang saya copypaste jika saya meng-copypaste tulisan orang lain
2. Menghargai tulisan-tulisan di blog ini adalah hasil karya seseorang yang dibuat sepenuh hati
3. Berilah komentar dengan hati nurani dan jujur agar saya bisa lebih baik dalam menulis di blog ini
Demikian, terima kasih telah meluangkan waktu membaca catatan kecil saya....

Jumat, 14 Oktober 2011

Penyesuaian Pemilihan Bahan Ajar Membaca Pemahaman dengan Tingkat Kecerdasan Siswa

Membaca dapat dikatakan sebagai salah satu kegiatan penting dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahkan mungkin melalui kegiatan inilah semua ilmu dapat diserap sempurna oleh sebagian besar orang. Orang membaca sesuatu bertujuan untuk memahami sesuatu yang dibaca tersebut. Oleh karena itu, ada pembelajaran membaca pemahaman di sekolah menengah.
Meninjau dari sudut pemahaman bahasa, Matlin (dalam Rokhim dan Abdullah, 2000:1) mengatakan proses pemahaman berlaku apabila seseorang itu menggunakan seluruh pengetahuannya tentang bunyi, perkataan, peraturan bahasa, dan pengetahuan tentang alam sekelilingnya untuk memberi makna terhadap sesuatu himpunan bunyi bahasa yang didengarinya. Selain itu, pemahaman juga dikatakan berkait rapat dengan pengalaman dan pengetahuan yang sedia ada pada kanak-kanak kerana pengalaman dan pengetahuan itu diharap akan dapat menolong murid-murid memberi gerak balas terhadap buku atau bahan bacaan yang dibaca oleh mereka (Rohani dalam Rokhim dan Abdullah, 2000:2).
Membaca pemahaman, untuk lebih mudahnya, dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk memahami sesuatu dengan cara membacanya. Kepahaman membaca adalah satu proses yang kompleks bagi mendapatkan intisari dari apa yang dibaca (Morsberg dan Shima), dan dilihat sebagai satu operasi mental yang melibatkan satu sistem pengolahan tingkah laku linguistik, psikologi, dan pengamatan.  Wittrock mengatakan kefahaman sebagai satu proses ketika pembaca membina hubungan di antara perkataan dan kalimat yang terdapat dalam petikan, dan di antara petikan dan asas pengetahuan mereka untuk membina struktur yang munasabah bagi petikan tersebut. Heilman, Blair, dan Rupley menekankan bahwa membaca merupakan proses pembentukan makna bahan bertulis dan mengaitkannya dengan pengetahuan dan pengalaman pembaca. Oleh karena itu, jelaslah bahwa pengetahuan sedia ada yang dimiliki oleh pembaca akan memudahkannya memaham bahan yang dibaca (dalam Rokhim dan Abdullah, 2000:3).
Pembelajaran membaca bukan sekadar mengajarkan bagaimana cara membaca, melainkan juga memberikan pemahaman tentang isi bacaan. Pembelajaran membaca pemahaman adalah titik tolak memberikan ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan didapat selain dari orang lain, juga dari membaca. Oleh karena itu, pembelajaran membaca pemahaman merupakan pembelajaran yang harus benar-benar diperhatikan, baik dalam proses pembelajarannya maupun dalam pemilihan bahan ajarnya.
Ada hal-hal yang bersifat psikologis yang berkaitan dengan proses membaca. Salah satunya adalah intelegensi atau kecerdasan. Biasanya, intelegensi dinyatakan dengan IQ (Intellegency Quotient) atau tingkat kecerdasan. Harris (dalam Harsasujana,dkk, 1998:1.5) berpendapat bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca adalah intelegensi umum. Sementara itu di Malaysia, penelitian yang dilakukan oleh Rokhim dan Abdullah menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan siswa berpengaruh pada pemahaman mereka pada suatu bacaan.
Dari penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam kegiatan membaca. Faktor ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Guru juga harus memperhatikan tingkat kecerdasan siswanya dalam pembelajaran membaca pemahaman.
Kurikulum yang dipakai sekarang (KTSP/kurikulum 2006) tidak dilengkapi dengan adanya buku paket dari Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini mengharuskan guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Guru juga harus lebih teliti dalam mengembangkan kurikulum dan batas nilai tuntas yang akan ditargetkan kepada  siswa.
Namun, terkadang guru kurang jeli dalam menentukan bahan ajar. Untuk pembelajaran membaca, guru terkesan asal saja dalam mengambil artikel atau bacaan untuk bahan pembelajaran di kelas. Mujur kalau bacaan tersebut cocok digunakan dalam pembelajaran di kelas tertentu. Kalau tidak, siswa akan jenuh terlebih dahulu karena merasa mereka tidak mudah memahami isi bacaan tersebut. Pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pun kurang berhasil, kalau tidak boleh dikatakan gatot alias gagal total.
Anak berbakat atau anak yang cerdas jelas berbeda dengan anak kurang berbakat atau kurang cerdas. Keduanya juga perlu diperlakukan dengan cara yang berbeda. Bahan ajar untuk anak cerdas tidak mungkin disamakan dengan anak yang biasa-biasa saja. Anak yang cerdas cenderung menyukai hal-hal yang lebih menantang mereka untuk menguras otak dan pikiran mereka. Sementara itu, anak yang biasa-biasa saja cenderung lebih memilih hal-hal yang tidak terlalu memberatkan dalam mengolah otak.
Guru harus lebih jeli dalam memahami keinginan dan potensi siswa. Untuk kelas-kelas awal, guru bisa mencari tahu potensi siswa melalui data-data siswa saat siswa masuk ke sekolah. Dengan demikian, guru akan lebih memahami bahan ajar yang seperti apa yang akan diberikan kepada siswa.
Untuk kelas-kelas berikutnya, guru dapat merefleksi hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Potensi, kemampuan, dan keinginan siswa dapat diketahui. Guru juga dapat mempersiapkan bahan ajar yang tepat sesuai dengan kemampuan siswa. Tentu saja bahan ajar tersebut harus menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan siswa. Siswa yang tingkat kecerdasannya tinggi dapat diberi bahan ajar yang cukup sulit agar mereka merasa tertantang menghadapi bahan ajar tersebut. Siswa yang tingkat kecerdasannya biasa saja dapat diberi bahan ajar yang cukup mudah agar siswa tidak kesulitan dalam memahami isi bacaan atau bahan ajar.
Bahan ajar untuk siswa dapat diberikan secara bertahap sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa dan kesulitan bahan ajar. Dengan demikian, bahan ajar tersebut lebih mudah dipahami siswa dan pembelajaran membaca pemahaman lebih berhasil daripada tanpa memperhatikan tingkat kecerdasan siswa dan tingkat kesulitan bahan ajar.
Perbedaan bahan ajar membaca pemahaman bagi siswa mungkin akan berdampak pada ketimpangan pemerolehan ilmu pengetahuan. Siswa yang kurang cerdas akan cenderung memiliki ilmu pengetahuan yang lebih sedikit daripada siswa yang cerdas. Namun, hal ini dapat ditanggulangi dengan penyisipan ilmu pengetahuan dalam bahan ajar secara sedikit demi sedikit atau memberikan penambahan pembelajaran bagi siswa yang dirasa prestasinya kurang memuaskan.
Namun, kekurangan tersebut agaknya tidak terlalu mempengaruhi pembelajaran membaca pemahaman yang bahan ajarnya disesuaikan dengan tingkat kecerdasan siswa. Penyesuaian tersebut justru lebih memudahkan siswa untuk menerima ilmu pengetahuan dan mengikuti pembelajaran. Kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami bahan ajar akan berkurang, bahkan mungkin tidak ada. Siswa justru akan memperlihatkan kemajuan yang pesat dengan adanya penyesuaian ini karena pembelajaran dirasa lebih menyenangkan dan memperhatikan mereka. Dengan demikian, tak ada salahnya jika guru menyesuaikan pemilihan bahan ajar dengan tingkat kecerdasan siswa.






DAFTAR BACAAN

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Harjasujana, Ahmad. S, dkk. 1988. Materi Pokok Membaca. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta Universitas Terbuka.
Hidayat, Rahayu Surtiati. 2006.Linguistik Terapan Sebagai Bidang Pendidikan dan Bidang Penelitian. http:/www.fib.ui.ac.id/index1.php?id=view_news&ct_news=202 (diakses tanggal 20 Juni 2007).
Rokhim, Abdul, dan Abdullah, Maria Chong. 2000. Hubungan Di Antara Kecerdasan Dengan Kefahaman Membaca DiKalangan Pelajar Tingkatan Dua. http:/www.google.com/ (diakses tanggal 20 Juni 2007). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar