Model Pembelajaran Apresiasi Sastra (Akhmadi, 1990)
A. Apresiasi Puisi
- Model Gordon
Model Gordon merupakan model yang membawa siswa pada pemecahan masalah secara kreatif. Model ini dikembangkan oleh William J.J. Gordon dengan memperhatikan tiga teknik, yaitu: analogi personal, analogi langsung, dan analogi kempaan.
Gambar alir model Gordon :
Contoh penerapan model Gordon:
No. | Tujuan Pelibatan Siswa | Kegiatan Siswa | Kegiatan Guru | Strategi yang Digunakan | Proses Pengukuran |
1. | Penghayatan isi puisi | Membaca puisi | Menilik siswa secara individual | Observasi | Mengisi daftar cek observasi |
2. | Pemaham-ceramah guru | Menyimak ceramah guru | Guru memberikan informasi yang singkat dan jelas | ceramah | s.d.a |
3. | Pemilikan pengertian kritis | Mengajukan pertanyaan untuk penjelasan | Meneruskan pertanyaan siswa ke siswa lain | Tanya jawab | s.d.a. |
4. | Pertukaran pikiran | Mengajukan pendapat | Mengatur lalu lintas diskusi | Diskusi | Mengisi lembaran observasi siswa |
5. | Peragaan langsung | Menempatkan diri sebagai penyair | Memberikan bimbingan | simulasi | s.d.a. |
6. | Penyimpulan pendapat | Mengajukan simpulan | Memberikan pengukuhan | Sumbang saran | s.d.a. |
- Model Taba
Model Taba terdiri atas seperangkat langkah yang disebut fase. Ada tujuh fase dalam model ini yang terperinci dalam tabel berikut.
Fase | Tujuan | Kegiatan |
1 | Menghimpun masalah | Mendaftarkan masalah khusus |
2 | Menyepakati masalah | Mengelompokkan masalah sejenis |
3 | Mengategorikan masalah | Menemai kategori masalah |
4 | Menghayati masalah | Menganalisis masalah |
5 | Menemukan data umum dari masalah khusus | Menggeneralisasikan data |
6 | Menghimpun data-data penunjang | Membuat simpulan yang menjelaskan data |
7 | Menyusun generalisasi | Menerapkan generalisasi pada fase sebelumnya |
Contoh penggunaan strategi model Taba
Fase | Tujuan Pelibatan Siswa | Strategi |
1. | Penghayatan puisi secara mandiri | Pemberian tugas sumbang saran |
2. | Pengenalan tema puisi | Diskusi |
3. | Penamaan tema puisi | Tanya jawab |
4. | Penganalisisan data puisi | Ceramah |
5. | Penggeneralisasian data | Diskusi |
6. | Penyimpulan yang menjelaskan data | Diskusi |
7. | Penyimpulan dan pembandingan data antarpuisi | Tanya jawab Sumbang saran |
- Model Suchman
|
|
|
|
Carta Penggunaan Strategi Model Suchman
Fase | Tujuan Pelibatan Siswa | Strategi |
1. | Penghayatan puisi secara mandiri Pemahaman msalah yang akan diinkuiri | Pemberian tugas Ceramah (singkat) |
2. | Penggalian tema dan bahasa puisi | Inkuiri Tanya jawab Diskusi |
3. | Penyimpulan butir | Sumbang saran Diskusi |
B. Apresiasi Prosa
a. Strategi Strata
Model ini terdiri atas tiga tahap, yaitu: (1) tahap pemjelajahan, (2) tahap interpretasi, (3) tahap rekreasi.
b. Strategi Induktif Model Taba
Model ini juga terdiri atas tiga tahap, yaitu: (a) pembentukan konsep, (b) penjelasan/penafsiran, (c) ramalan simpulan baru (penerapan prinsip).
Contoh Model Sajian
KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
TOPIK BAHASAN : POINT OF VIEW
(STRATEGI PENYAMPAIAN INDUKTIF MODEL TABA)
· PEMBERIAN INFORMASI BAGI APRESIASI SUDUT PANDANG PENGARANG (POINT IF VIEW)
TKP 1 : Memahami konsep/pengertian sudut pandang pengarang.
a) Pembentukan Konsep
Titik kisah, pusat pengisahan, sudut pandang pengarang, merupakan salah satu unsur teknik yang digunakan pengarang dalam menuturkan masalah seputar manusia dengan pendekatan dari dalam, dari luar, dari atas, atau dari bawah masalah tersebut.
Dengan kata lain, pusat pengisahan (point of view) adalah suatu posisi atau kedudukan pengarang mengamati atau menghayati sesuatu, termasuk menyikapi dan memahaminya.
b) Penjelasan
Perhatikan bagan berikut!
(di halaman berikutnya)
c) Penerapan Prinsip (Ramalan Simpulan Baru)
1) Setiap pelaku cerita mempunyai masalahnya sendiri.
2) Pengarang dapat memilih dan menggunakan teknik menuturkan bagaimana pelaku-pelaku/ masing-masing pelaku berproses dengan masalahnya yang singkat dalam cerpen/novel yang bersangkutan.
3) Pengarang dapat menempatkan dirinya sebagai pelaku narator:
(a) pengamat yang tidak terlibat,
(b) yang ikut terlibat langsung
(c) yang mengalami peristiwa,
(d) yang mengetahui segala-galanya/yang mahatahu lahir batin manusia.
4) Dalam hal tersebut pada no. 3 itu, pengarang menggunakan penunjuk kebahasaan kata ganti orang (pertama atau ketiga, tunggal atau jamak): aku, kami, dia, mereka, atau nama diri.
Contoh: (Perhatikan kutipan berikut)
”Hari itu aku sedang di atas mikrolet dari pusat Projek Senen ke arah Glodok Plaza . Seorang gadis berwajah manis dan rapi penampilannya, yang masuk kemudian dariku, tiba-tiba melempar senyumnya kepadaku dan menampakkan sikapnya bahwa sama-sama merindukan pertemuan. Kubalas senyumnya bersamaan dengan lintasan pikiranku: siapa dia? Dan, apa siasatnya?
Pertanyaan:
1. Di mana dan sebagai apa pengarang menempatkan dirinya?
2. Penunjuk kebahasaan apakah yang digunakan pengarang sebagai pusat pengisahan?
c. Strategi Analisis
Strategi ini yang paling banayk dikenal dan digunakan dalam penelaahan cipta sastra. Hal-hal yang harus ditelaah biasanya yang berkenaan dengan unsur, serahan, dan tema.
C. Apresiasi Drama
Pengajaran apresiasi drama sebenarnya mempunyai dua target, yaitu produksi pementasan dan response yang diperoleh dalam menonton pementasan. Sudah barang tentu, antartarget dapat dicari segi-segi yang menghubungkan.
Strategi pengajaran apresiasi untuk kedua target dilaksanakan dalam tahap-tahap berikut.
a) Studi naskah (menafsirkan gagasan dan emosi pengarang)
(1) Membaca diam (silent reading) dilakukan secara klasikal atau individual terjadwal atau terstruktur tak terjadwal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menangkap atau mencari gagasan dan emosi pengarang dengan perincian penentuan:
(a) pokok persoalan
(b) sikap penulis terhadap pokok persoalan
(c) sikap penulis terhadap pembaca
(d) kehendak/cerita penulis
(e) nilai-nilai.
(2) Membaca mengidentifikasikan makna, bentuk, unsur-unsur yang dilakukan dalam diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dipadukan oleh guru. Unsur-unsur yang diidentifikasi, berdasarkan pandangan M.E.Fowler, sekurang-kurangnya ada tujuh macam , yaitu:
(a) arti, signifikasi, dan bentuk lakon (plot, alur)
(b) pelaku-pelaku: siapa, wataknya, keinginannya
(c) gerak dramatik (dramatic-action)
gerak awal menuju konflik
gerak ketegangan menuju puncak konflik
gerak pemecahan masalah (resolusi).
(3) Identifikasi latar (setting) dan atmosfir cerita:
difungsikan menunjang gerak dramatik
suasana sayu, cerah, gembira, tertekan, khusyuk, dan lain-lain.
(4) Identifikasi dialog, sebagai:
(a) penanda watak
(b) penanda tema
(c) penanda fore shadowing.
(5) Identifikasi jenis konflik dan jenis lakon
(6) Identifikasi nilai-nilai.
b) Latihan ke arah teater
Kegiatan ini merupakan kegiatan perantara studi naskah dan pementasan atau pertunjukan sebenarnya.
(1) Membaca nyaring:
(a) pengucapan dialog dengan lagu, irama, tekanan, dan kesenyapan sesuai dengan fungsi tiap baris dialog,
(b) pengucapan dialog denagn ragam penggunaan tertentu (idiolek, dialek), solilok (solilogy), under/over-statement.
(2) Pencitraan setting pentas dengan landasan pengetahuan tentang “perencanaan pementasan” (stage design)
(3) Latihan berdialog disertai ekspresi suara, wajah, dan gerak pendukung makna dan fungsi tiap baris dialog.
(4) Latihan gerak dan oratori.
c) Pementasan atau pertunjukan
Dalam latihan pementasan, menggunakan strategi syntetic. Pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Guru dan atau siswa mendeskripsikan hal, kondisi, atau situasi tertentu yang sedang dihadapi dari naskah drama.
2) Siswa diminta mengidentifikasi hal atau situasi lain yang sebanding dengan hal atau situasi yang disajikan dalam naskah, kemudian diminta untuk mendeskripsikan dalam rancangan gerak dramatik.
3) Siswa diminta mengandaikan dirinya sebagai hal atau situasi yang disajikan dalam naskah drama secara kempaan (emphathic), kemudian mendeskripsikannya dalam rancangan gerak dramatik yang berupa:
(a) mendeskripsikan diri sebagai fakta
(b) mendeskripsikan diri sebagai makhluk hidup
(c) mendeskripsikan diri sebagai secara emosional.
Strategi Pengajaran Teks Drama sebagai Karya Sastra (Waluyo, 2003)
- Strategi Stratta
Langkah penyajian pengajaran dalam kelas model Stratta:
a) Persiapan
Langkah awal untuk persiapan adalah mengumpulkan naskah drama untuk SD, SMP, SMA, atau Perguruan Tinggi. Kemudian, guru memilih naskah drama yang akan digunakan dengan criteria sebagai berikut.
1) Apakah cerita dalam naskah sesuai untuk anak didik?
2) Dapatkah cerita ini membina manusia seutuhnya sesuai dengan kemampuan anak didik?
3) Dapatkah cerita ini merangsang kegiatan anak didik?
4) Apakah tingkat kesulitan bahasanya sesuai?
b) Kegiatan dalam Kelas
1) Penjelajahan
(a) perkenalan dengan drama
(b) membaca dalam hati
(c) menonton pertunjukan drama
2) Interpretasi
Siswa berdiskusi dalam kelompok dengan membahas:
(a) tema
(b) plot
(c) pelaku dan perannya
(d) watak
(e) analisis akhir cerita (drama)
3) Rekreasi
(a) pembagian peran
(b) pagelaran
(c) evaluasi
(d) latihan ulangan dan pagelaran kembali
- Strategi Induktif Model Taba
Hilda Taba mengembangkan model pengajaran yang berorientasi pada pengolahan informasi. Ada pun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) pembentukan konsep
a) mendaftar data
b) mengklsifikasikan
c) memberi nama.
2) penganalisisan data
a) menafsirkan
b) membandingkan
c) menyimpulkan/menggeneralisasikan
3) penerapan prinsip
a) menganalisis masalah baru
b) membuat hipotesis
c) menerangkan
d) memeriksa ramalan
Pelaksanaannya meliputi tiga tahap, yaitu:
1. Pembentukan konsep: tugas membaca naskah drama pendek sebagai bahan analisis. Kemudian, dibuat catatan-catatan.
2. Pertemuan pertama, dibentuk kelompok dengan pengantar singkat, dan kelompok itu melaksanakan tugas menjawab kartu tugas sesuai denagn bacaan yang sudah dibacanya.
3. Diadakan diskusi pleno untuk penyimpulan. Dibuat matriks dari data-data setiap kelompok.
d) Strategi Analisis
Stratesi analisis di dalam kelas menempuh tiga tahap, yaitu:
1. Membaca keseluruhan yang menimbulkan kesan pertama bagi siswa, di mana mungkin akan timbul kesan-kesan yang berbeda.
2. Analisis, yang akan menimbulkan kesan yang lebih objektif.
3. memberikan pendapat akhir yang merupakan perpaduan antara respons yang subjektif dari siswa dengan analisis yang objektif telah dilakukan.
e) Strategi Sinektik (Model Gordon)
1. Analogi langsung (direct analogy)
2. Analogi personal (personal analogy)
3. konflik kempaan/termampatan (compressed conflict)
f) Role Playing (Bermain Peran)
Ada Sembilan langkah dalam pelaksanaan role playing, yaitu:
1. memotivasi kelompok
2. memilih pemeran (casting)
3. menyiapkan pengamat
4. menyiapkan tahap-tahap peran
5. pemeranan (pentas di depan kelas)
6. diskusi dan evaluasi I (spontanitas)
7. pemeranan (pentas) ulang
8. diskusi dan evaluasi II, pemecahan masalah
9. membagi pengalaman dan menarik generalisasi.
g) Sosio Drama
Hal yang ditonjolkan dalam sosiodrama adalah masalah hubungan antarmanusia. Ada delapan langkah dalam sosiodrama, yaitu:
1. Menetapkan problem.
2. Mendeskripsikan situasi konflik.
3. Pemilihan pemain (casting character)
4. Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat.
5. Memerankan situasi tersebut.
6. Memotong adegan (jika aktor meninggalkan peran dan tidak dapat diteruskan. Atau dapat juga membuat simpulan. Jika pemimpin tidak melihat perkembangan, adegan dapat diganti.)
7. Mendiskusikan dan menganalisis situasi, kelakuan, dan gagasan yang diproduksi.
8. Menyusun rencana untuk testing lebih lanjut atau implementasi gagasan baru.
h) Simulasi
Arti sederhana dari simulasi adalah peniruan keadaan yang sebenarnya. Strategi simulasi adalah strategi untuk memberikan kemungkinan kepada murid agar ia dapat menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan. Tujuan simulasi adalah untuk memperoleh esensi sesuatu tanpa aspek-aspek relaistis.
1. Pemilihan situasi, masalah, atau permainan yang cocok sehingga tujuan dapat dicapai melalui simulasi.
2. Pengorganisasian kegiatan sehingga tugas-tugas menjadi jelas.
3. Persiapan untuk memberikan petunjuk-petunjuk yang mempermudah murid dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
4. Pemberian petunjuk secara jelas kepada siswa.
5. Diskusi tentang kegiatan simulasi pelaku.
6. Pemilihan peran.
7. persiapan pemeranan.
8. Mengawasi kegiatan simulasi sehingga tiap peran dan tugas dilakukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang dibahas.
9. Penyampaian saran-saran perbaikan terhadap pelaksanaan simulasi.
10. Evaluasi tentang kontribusi terhadap pemahaman siswa berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Langkah-langkah Pengajaran Pentas Drama Di Kelas
- Penjelasan oleh guru tentang tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pentas drama.
- Pemilihan atau penulisan naskah drama. Kalu teks sudah tersedia, tinggal dipilih. Jika belum ada teks yang cocok, guru memberi tugas kepada murid untuk menulis teks drama dengan tema atau judul yang ditentukan guru.
- Diskusi tentang teks yang akan dipentaskan, tema, nada dasar, dan watak-watak tokohnya.
- Casting atau penentuan pemeran. Teknik yang digunakan hendaknya casting to type dan casting by ability.
- Latihan ber-acting, mulai dengan reading, reading dengan penjiwaan, blocking, crossing, dan penguasaan pentas (gesture, movement, dan mimik).
- Pemaduan dengan unsur-unsur teknis dan artistik dalam latihan, seperti microphone, musik, lampu, dekorasi, dan sebagainya.
- General resheal (latihan menyeluruh) selama dua atau tiga kali.
- Persiapan pentas.
- Evaluasi.
TUGAS KELOMPOK
Model Pembelajaran Sastra
Mata Kuliah : Didaktik Metodik Pembelajaran Sastra
Dosen Pengampu : Dra. Nas Haryati, M. Pd.
Disusun Oleh:
1. Nanang Ismail 2101404017
2. Daning Wahyu R. 2101404019
3. Asep Purwo Y. U. 2101404029
4. Ima Yulia A. 2101404032
PBSI 5 A REGULER
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
Boleh minta referensinya darimana aja tidak?
BalasHapus